Senin, 22 Februari 2016

PRAJURIT SANDI MATARAM 22022016

Pagi harinya mereka bekumpul dengan gembira, terutama Ronngo Puspo dan isterinya, yang bernama Warsih. Nyi Warsih seorang wanita yang cantik. Tubuhnya sedang saja sedang usianya kira-kira baru 28 tahun. Aryo Megantoropun kelihatan cerah pagi  itu. Melihat kedua orang tuannya begitu bahagia di pagi itu.
Tapi sesungguhnya kebahagiaan orang tua itu bukan lantaran mereka saling bertemu kembali, tapi lebih dari pada ltu. Nyi Warsih saat ini sudah tahu peristiwa yang dialami oleh anak satu-satunya. Sebab itulah mereka suami isteri itu sangat berbahagia.
            “Kakang Ronggo apakah kau jadi membawa Aryo Megantoro kepada Ki Buyut Danurekso hari ini?” Nyi Warsih memecah kesunyian. Mendengar pertanyaan ibunya bocah kecil Aryo Megantoro menjadi tertarik.
            “Benar Nyi kapan lagi kalau bukan hari ini. Aku ingin kepastian dari orang sakti itu”
Mendengar disebutnya orang sakti .Aryo Megantoro menjadi penasaran. Ia tak dapat menahan rasa ingin tahunya. Maka cepat-cepat ia memotong pembicaraan.
            “Ayah siapa orang sakti itu ?” penasaran
            “Hemm ….rupanya kau mulai tertarik anak kecil ?”
            “Ah… ayah masih saja menganggap aku sebagai anak kecil” Sambil merengut. Melihat hal itu ayahnya tertawa panjang, sementara ibunya cuma tersenyum saja.
            “Kalian anak dan bapak sama-sama sifatnya. Kalau sudah membicarakan masalah oang sakti atau ilmu kesaktian. Masalah lain seperti tak ada gunanya, memangnya isi dunia ini hanya masalah kesaktian saja yang ada. Huh !”
Kini giliran anak dan bapak yang saling tertawa.
            “Nah itu ….kalian malah menetawai aku, kalian memang sama-sama bandel.”
            “eh…siapa yang bandel , aku tidak bandel ….iyakan Aryo – Memandang ke arah Aryo Megantoro – Apakah aku bandel ?” Mengulang pertanyaan.
            “lho …ayah kok Tanya sama aku, mana aku tahu” Balas Aryo Megantoro
            “Sudahlah nanti malah tidak karuan, Kakang – Berhenti sebentar – aku sudah siapkan bekal untuk perjalanan, sekedar makanan kecil.”
Setelah bersiap-siap dan menata semua bekal yang mau di bawa pergi dan kedua anak bapak itu berpamitan kepada Nyi Warsih akhirnya Ranggo Puspo dan Aryo Megantoro meninggalkan kampung halamannya. Meeka meninggalkan desa itu dengan mengendarai kuda. Binatang itu berlari kencang menyusuri jalan-jalan perkampungan, debu mengepul setelah dilewati kuda Ronggo Puspo. Aryo Megantoro duduk tenang di depan ayahnya. Kelihatan ia senang sekali, perjalan ini adalah perjalan pertama kalinya bagi Aryo Megantoro bersama ayahnya. Kuda itu masih berlari, kelihatannya memang termasuk kuda yang pilihan sudah begitu jauh berlai tapi masih nampak kuat dan gesit. Hari mulai merangkak menuju siang, tak terasa mereka berada di punggung kuda sudah hampir setengah hari penuh. Kuda itu kini menyusuri jalan setapak di perbukitan.
            “Aryo , bagaimana kalau kita istirahat sebentar “
Aryo Megantoro hanya mengguk mengiyakan ajakan bapaknya.
            “Nah dipohon besar di depan itu kita istirahat.” Kembali Ranggo Puspo menggebrak kudanya. Ia bermaksud mempercepat lari kudanya. Setelah sampai Ronggo Puspo turun dari kudanya. Kemudian Aryo Megantoropun diturunkan dari kuda. Sambil istirahat itulah mereka menikmati bekal makanannya.
Angin perbukitan bertiup menerpa wajah dan tubuh mereka. Berkat angin yang bertiup itu mereka tak merasakan teriknya matahari di siang hari.
Secara iseng Aryo Megantoro mengingat-ingat pelajaran ilmu kanuragan atau ilmu silat yang pernah diajarkan oleh ayahnya. Dasar otaknya encer semua pelajaran dari ayahnya cepat ia hapalkan dan ia kuasai. Dan tanpa sengaja tangannya begerak –gerak memainkan sebuah jurus silat. Melihat itu Ronggo Puspo tersenyum, ia tetap diam di tempatnya dan pura-pura tak melihatnya. Gerakan Aryo Megantoro semakin indah dan lincah, semakin sebat dan cepat. Senyum orang tua itu semakin melebar. Sedari tadi Aryo Megantoro berusaha memainkan jurus-jurus dengan sepenuh tenaga. Ia masih saja memainkan jurus-jurus andalannya.

Versi pdfnya bisa di donload di sini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar