Senin, 15 Februari 2016

PRAJURIT SANDI MATARAM 15022016


Malam ini angin bertiup begitu kencang sehinga  mengakibatkan daun-daun pohon yang kelihatan hitam di malam hari itu nampak berkibaran,meliuk-liuk bagaikan tangan manusia . Yang satu dan yang lainnya saling besentuhan, bagaikan bergesekan sehingga menimbulkan suara gemerisik. Semakin lama semakin kencang daun dan ranting kering tak mampu bertahan hingga jatuh runtuh ke tanah. Kemudian melayang lagi ke atas melayang-layang turut serta hembusan angin kemanapun pergi dan akhirnya terhempas lagi ke tanah. Dalam keadaan tertentu anginpun bertiup kencang kadang lemah. Sepintas lalu daun kering itu seperti dipermainkan oleh sang bayu. Malam terus saja bergulir meski lambat tapi pasti. Tapi benarkah malam itu berjalan ataukah waktu yang berjalan?
Kalau benar waktu itu berjalan lalu apa waktu itu?
Sejenak marilah kita pikirkan, apakah waktu yang dulu dan waktu sekarang serta waktu yang akan dating itu berlainan. Sebagai contoh perubahan siang dan malam. Apakah malam kemarin dengan malam sekarang ada perbedaan?
Malam kemarin juga gelap, sunyi seperti mala mini.
Itulah salah satu kekuasaan Illahi.
Manusia tidak bisa menentukan hari kemarin karena kita tak akan bisa mundur lagi ke waktu yang sudah berlalu. Waktu hanya bisa maju dan maju dan terus berjalan.
Di saat manusia tenggelam dalam alam mimpi di malam sunyi itu. Masih juga ada seorang yang masih terjaga dan belum tidur. Seorang duduk tepekur menghadap kiblat. Sudah begitu orang itu duduk di atas batu hitam di tengah hutan yang lebat. Yang berpohon tinggi dan besar. Begitu lebatnya hutan itu hingga sulitlah manusia untuk mencapai tempat tersebut. Selain lebat pepohonan juga terletak di kawasan pegunungan yang curam tebingnya.
Namun mengapa seorang manusia mampu ke tempat itu. Jelas ini pertanda bahwa orang tersebut bukanlah orang kebanyakan. Kalau pembaca ingin mengetahui sudah berapa lamakah ia duduk di situ sendirian, maka jawabnya sungguh mengagumkan dan mencengangkan kita. Ternyata orang itu telah berada di situ selama 7 hari 7 malam dan selama itu ia tak bergeser semilipun dari tempatnya. Sungguh luar biasa!!!
Mari kita tengok orang-orang jaman dulu, kakek moyang kita adalah jenis atau tipe manusia yang “kandel topo bratane” ( tebal dalam bertapa). Sehingga orang-orang jaman dahulu terkenal sakti mondro guna dan “sidik paningal” (mampu melihat dan membaca keadaan yang akan terjadi). Selain itu juga kuat dalam “sesirih, nglakoni” (prihatin) dan kesemuanya itu hanya diperuntukkan bagi anak cucu keturunannya .
Jauh sekali bila dibandingkan dengan manusia sekarang (jaman modern) mereka kebanyakan hanya mementingkan diri pribadi, apalagi dalam permasalahan topo broto, kukira jarang sekali, mungkin malah sudah tidak ada lagi. Kalau toh masih ada bisa dihitung dengan jari.  Semenjak muda sudah berfoya-foya demi kesenangan duniawi semata. Mabuk-mabukan, mencuri, main perempuan, menghisap ganja dan lpembunuhan ain-lain yang merugikan diri sendiri maupun merugikan orang lain. Istilah orang jawa adalah “ma lima” (Mateni, maling, madat, madon dan main). Mereka tidak memikirkan anak cucunya, sedang masa depannya sendiri tak terurus.
Sungguh kasihan!!!
Istilah Mo Limo (lima kejahatan) sudah dikenal sejak lama. Lima kejahatan itu disebut Mo Limo, karena orang Jawa dulu memakai huruf Ho-no-co-ro-ko. Huruf M disebut Mo, maka singkatan M5 menjadi Mo Limo.
Lima kejahatan itu adalah (1) main ( judi), (2) maling (mencuri), (3) madat (nyeret, minum candu). Kalau sekarang narkotik dan obat-obat adiktif yang disebut narkoba; termasuk putauw, ekstasi, shabu-shabu dsb. (4) Minum (minuman memabukkan), dan (5) madon (main perempuan: berzina, melacur).
Pelaku Mo Limo itu dinilai sebagai sampah masyarakat dan dibenci secara umum, hingga julukannya amat buruk, yaitu bajingan-tengik. Makanya orang yang madon (main perempuan/berzina) disebut mbajing artinya melakukan tingkah bajingan.
Pelaku kejahatan Mo Limo itu dipandang sebagai penyakit dan musuh masyarakat. Sedang bajingan itu sendiri (zaman dulu) juga menyadari bahwa dirinya adalah musuh masyarakat.
Penjahat  itu  tidak bisa meneruskan kejahatannya bila tidak punya uang lagi. Mereka tidak bisa berjudi, menenggak obat-obat terlarang, mabuk-mabukan, dan berzina kalau tidak punya uang. Untuk mendapatkan uang maka mereka menjadi maling, mencuri.
            Kita kembali pada orang yang bertapa di batu di hutan itu. Kalau kita lihat perawakan tubuhnya orang itu berusia sekitar 30-40 tahun wajahnya kelihatan cakap dengan kumis tipis di atas bibirnya. Matanya masih saja terpejam seakan tak memperdulikan keadaan sekelilingnya. Masih saja duduk terdiam. Tapi benarkah ia tidak bisa memperhatikan situasi di sekelilingnya dan sekitarnya , ternyata tidak begitu. Meski ia terpejam namun mata hatinya atau indera keenamnya berbisik , bahwa akan terjadi sesuatu yang mendebarkan hati.
            Alam sekitar masih kelihatan sunyi senyap apalagi suasana malam hari dan di tengah hutan. Bahkan binatang malampun tak bersuara seakan memberi pertanda atau sinyal “perlambang” adanya kejadian yang luar biasa.
Dan sedetik kemudian alam raya menjadi sunyi senyap begitu sepi dan lengang , hening tiada aktifitas. Angin saat itu yang tadinya masih berhembus juga mendadak berhenti bergerak seakan ada yang menghentikannya.
            “Seeeesssss”
Tiba-tiba di angksa nampak seberkas sinar putih kebiruan melesat sangat cepat menuju bumi. Sinarnya begitu terang menyilaukan pandangan mata jika dilihat dengan mata telanjang. Sayang tak ada seorangpun yang melihat langsung cahaya putih di angkasa itu. Sinarnya meluncur deras ke bawah berputar-putar kemudian melesat lagi , berputar-putar dan melesat lagi begitu sampai beberapa kali entah berapa kali jumlahnya.
            Bagaimana dengan manusia yang duduk bertapa itu. Apakah ia tak melihat juga adanya cahaya terang di angkasa ?
Memang ia tak melihat langsung dengan kedua matanya, tapi kita ingat bahwa mata hatinya atau istilahnya indera keenamnya masih bisa melihat dengan jelas. Bahkan dengan indera keenamnya ia bisa bisa mengetahui apa sebenarnya cahaya terang di angkasa itu.
Benda-benda angkasa telah diketahui manusia sejak jaman dulu, yakni terkenal dengan ilmu Astronomi (perbintangan). Manusia percaya bahwa di angkasa luar terdapat bermacam-macam benda angkasa seperti : matahari, Bintang , planet bulan, meteor, asteroid dan lain-lain. Apalagi dengan tekhnologi sekarang para ilmuwan telah menemukan rahasia angkasa luar dengan bantuan ilmu teknologi modern . (Meski masih banyak rahasia yang lainnya…….)
Benda-benda itu ternyata tersusun sesuai dengan susunannya sendiri-sendiri. Seperti Galaksi Bima Sakti, galaksi Andromedaserta galaksi Magelhaen. Sedang susunan tata surya kita berada di dalam bagian Galaksi Bima Sakti. Sedang dalam Galaksi Bima Sakti sendiri terdapat berjuta-juta bintang. Sekarang kita bisa berpikir berapa luas Jagat Raya ini, sungguh maha luas. Pengetahuan ini juga sampai ke wilayah Nusantara. Sebagai contoh adanya rasi bintang sebagai tanda bagi para petani kapan mereka harus meyebar benih, kapan mereka mulai menanamnya dan sebagainya. Maka denganbantuan perbintangan ini para petani dapat melakukan pekerjaannya sebagai dasar patokan. Contoh lain adalah bintang sore dan bintang pagi sebagai pertanda adanya waktu sore dan pagi. Dengan ilmu perbintangan ini manusia dapat meramal kejadian alam atau keadaan manusia yang akan datang. (ilmu Astrologi).

versi pdf bisa donload di sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar