Malam ini angin bertiup begitu kencang sehinga
mengakibatkan daun-daun pohon yang kelihatan hitam di malam hari itu
nampak berkibaran,meliuk-liuk bagaikan tangan manusia . Yang satu dan yang
lainnya saling besentuhan, bagaikan bergesekan sehingga menimbulkan suara
gemerisik. Semakin lama semakin kencang daun dan ranting kering tak mampu
bertahan hingga jatuh runtuh ke tanah. Kemudian melayang lagi ke atas
melayang-layang turut serta hembusan angin kemanapun pergi dan akhirnya
terhempas lagi ke tanah. Dalam keadaan tertentu anginpun bertiup kencang kadang
lemah. Sepintas lalu daun kering itu seperti dipermainkan oleh sang
bayu. Malam terus saja bergulir meski lambat tapi pasti. Tapi benarkah malam
itu berjalan ataukah waktu yang berjalan?
Kalau benar waktu itu berjalan lalu apa waktu
itu?
Sejenak marilah kita pikirkan, apakah waktu yang
dulu dan waktu sekarang serta waktu yang akan dating itu berlainan. Sebagai contoh
perubahan siang dan malam. Apakah malam kemarin dengan malam sekarang ada
perbedaan?
Malam kemarin juga gelap, sunyi seperti mala mini.
Itulah salah satu kekuasaan Illahi.
Manusia tidak bisa menentukan hari kemarin karena
kita tak akan bisa mundur lagi ke waktu yang sudah berlalu. Waktu hanya bisa
maju dan maju dan terus berjalan.
Di saat manusia tenggelam dalam alam mimpi di
malam sunyi itu. Masih juga ada seorang yang masih terjaga dan belum tidur. Seorang
duduk tepekur menghadap kiblat. Sudah begitu orang itu duduk di atas batu hitam
di tengah hutan yang lebat. Yang berpohon tinggi dan besar. Begitu lebatnya
hutan itu hingga sulitlah manusia untuk mencapai tempat tersebut. Selain lebat
pepohonan juga terletak di kawasan pegunungan yang curam tebingnya.
Namun mengapa seorang manusia mampu ke tempat
itu. Jelas ini pertanda bahwa orang tersebut bukanlah orang kebanyakan. Kalau pembaca
ingin mengetahui sudah berapa lamakah ia duduk di situ sendirian, maka jawabnya
sungguh mengagumkan dan mencengangkan kita. Ternyata orang itu telah berada di
situ selama 7 hari 7 malam dan selama itu ia tak bergeser semilipun dari
tempatnya. Sungguh luar biasa!!!
Mari kita tengok orang-orang jaman dulu, kakek
moyang kita adalah jenis atau tipe manusia yang “kandel topo bratane” ( tebal
dalam bertapa). Sehingga orang-orang jaman dahulu terkenal sakti mondro guna
dan “sidik paningal” (mampu melihat dan membaca keadaan yang akan terjadi). Selain
itu juga kuat dalam “sesirih, nglakoni” (prihatin) dan kesemuanya itu hanya
diperuntukkan bagi anak cucu keturunannya .
Jauh sekali bila dibandingkan dengan manusia
sekarang (jaman modern) mereka kebanyakan hanya mementingkan diri pribadi, apalagi
dalam permasalahan topo broto, kukira jarang sekali, mungkin malah sudah tidak
ada lagi. Kalau toh masih ada bisa dihitung dengan jari. Semenjak muda sudah berfoya-foya demi
kesenangan duniawi semata. Mabuk-mabukan, mencuri, main perempuan, menghisap
ganja dan lpembunuhan ain-lain yang merugikan diri sendiri maupun merugikan
orang lain. Istilah orang jawa adalah “ma lima” (Mateni, maling, madat, madon
dan main). Mereka tidak memikirkan anak cucunya, sedang masa depannya sendiri
tak terurus.
Sungguh kasihan!!!
Istilah Mo Limo (lima kejahatan) sudah dikenal sejak lama. Lima
kejahatan itu disebut Mo Limo, karena orang Jawa dulu memakai huruf
Ho-no-co-ro-ko. Huruf M disebut Mo, maka singkatan M5 menjadi Mo Limo.
Lima kejahatan itu adalah (1) main ( judi), (2) maling
(mencuri), (3) madat (nyeret, minum candu). Kalau sekarang narkotik dan
obat-obat adiktif yang disebut narkoba; termasuk putauw, ekstasi, shabu-shabu
dsb. (4) Minum (minuman memabukkan), dan (5) madon (main perempuan: berzina,
melacur).
Pelaku Mo Limo itu dinilai sebagai sampah masyarakat dan dibenci
secara umum, hingga julukannya amat buruk, yaitu bajingan-tengik. Makanya orang
yang madon (main perempuan/berzina) disebut mbajing artinya melakukan tingkah
bajingan.
Pelaku kejahatan Mo Limo itu dipandang sebagai penyakit dan
musuh masyarakat. Sedang bajingan itu sendiri (zaman dulu) juga menyadari bahwa
dirinya adalah musuh masyarakat.
Penjahat itu tidak bisa meneruskan kejahatannya bila
tidak punya uang lagi. Mereka tidak bisa berjudi, menenggak obat-obat
terlarang, mabuk-mabukan, dan berzina kalau tidak punya uang. Untuk mendapatkan
uang maka mereka menjadi maling, mencuri.
Kita kembali
pada orang yang bertapa di batu di hutan itu. Kalau kita lihat perawakan
tubuhnya orang itu berusia sekitar 30-40 tahun wajahnya kelihatan cakap dengan
kumis tipis di atas bibirnya. Matanya masih saja terpejam seakan tak
memperdulikan keadaan sekelilingnya. Masih saja duduk terdiam. Tapi benarkah ia
tidak bisa memperhatikan situasi di sekelilingnya dan sekitarnya , ternyata
tidak begitu. Meski ia terpejam namun mata hatinya atau indera keenamnya
berbisik , bahwa akan terjadi sesuatu yang mendebarkan hati.
Alam sekitar
masih kelihatan sunyi senyap apalagi suasana malam hari dan di tengah hutan. Bahkan
binatang malampun tak bersuara seakan memberi pertanda atau sinyal “perlambang”
adanya kejadian yang luar biasa.
Dan sedetik kemudian alam raya menjadi sunyi senyap begitu sepi
dan lengang , hening tiada aktifitas. Angin saat itu yang tadinya masih
berhembus juga mendadak berhenti bergerak seakan ada yang menghentikannya.
“Seeeesssss”
Tiba-tiba di angksa nampak seberkas sinar putih kebiruan melesat
sangat cepat menuju bumi. Sinarnya begitu terang menyilaukan pandangan mata
jika dilihat dengan mata telanjang. Sayang tak ada seorangpun yang melihat langsung
cahaya putih di angkasa itu. Sinarnya meluncur deras ke bawah berputar-putar
kemudian melesat lagi , berputar-putar dan melesat lagi begitu sampai beberapa
kali entah berapa kali jumlahnya.
Bagaimana dengan
manusia yang duduk bertapa itu. Apakah ia tak melihat juga adanya cahaya terang
di angkasa ?
Memang ia tak melihat langsung dengan kedua matanya, tapi kita
ingat bahwa mata hatinya atau istilahnya indera keenamnya masih bisa melihat
dengan jelas. Bahkan dengan indera keenamnya ia bisa bisa mengetahui apa sebenarnya
cahaya terang di angkasa itu.
Benda-benda angkasa telah diketahui manusia sejak jaman dulu,
yakni terkenal dengan ilmu Astronomi (perbintangan). Manusia percaya bahwa di
angkasa luar terdapat bermacam-macam benda angkasa seperti : matahari, Bintang
, planet bulan, meteor, asteroid dan lain-lain. Apalagi dengan tekhnologi
sekarang para ilmuwan telah menemukan rahasia angkasa luar dengan bantuan ilmu
teknologi modern . (Meski masih banyak rahasia yang lainnya…….)
Benda-benda itu ternyata tersusun sesuai dengan susunannya
sendiri-sendiri. Seperti Galaksi Bima Sakti, galaksi Andromedaserta galaksi
Magelhaen. Sedang susunan tata surya kita berada di dalam bagian Galaksi Bima
Sakti. Sedang dalam Galaksi Bima Sakti sendiri terdapat berjuta-juta bintang. Sekarang
kita bisa berpikir berapa luas Jagat Raya ini, sungguh maha luas. Pengetahuan
ini juga sampai ke wilayah Nusantara. Sebagai contoh adanya rasi bintang
sebagai tanda bagi para petani kapan mereka harus meyebar benih, kapan mereka
mulai menanamnya dan sebagainya. Maka denganbantuan perbintangan ini para
petani dapat melakukan pekerjaannya sebagai dasar patokan. Contoh lain adalah
bintang sore dan bintang pagi sebagai pertanda adanya waktu sore dan pagi. Dengan
ilmu perbintangan ini manusia dapat meramal kejadian alam atau keadaan manusia
yang akan datang. (ilmu Astrologi).
versi pdf bisa donload di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar