Rabu, 23 Maret 2016

PENDEKAR SANDI MATARAM 23022016



            “ Hebat …………..anak itu  suatu saat nanti ia pasti akan menjadi seorang pendekar yang sakti “ Gumam Ranggo Puspo
Tiba-tiba cabang pohon di atas Aryo Megantoro patah, kemudian jatuh melayang tepat di atas kepalanya. Cabang pohon itu cukup besar. Apabila pohon itu mengenai kepala Aryo Megantoro setidaknya akan membuat ia kesakitan bahkan bisa gegar otak. Kita ketahui bahwa bagian kepala adalah bagian tubuh yang rawan meskipun keras. Ranggo Puspo terkejut namun ia tak dapat berbuat banyak jarak antara dia dan Aryo Megantoro cukup jauh meski ia mempunyai ilmu mengentengi tubuh yang hebat, tetap saja masih kalah cepat dengan jatuhnya pohon kea rah Aryo Megantoro. Apa yang terjadi selanjutnya. Saetelah pohon itu tinggal sejengkal dengan spontan tangan Aryo Megantoro bergerak menangkis.
            “Praaaakkkk”
Pohomn itu berhasil ditangkisnya dan, apa akibatnya? Pohon itu terpental balik menabrak pohon yang lain kemudian pohon itu patah. Sedang Arya Megantoro terlontar jatuh. Ronggo Puspo cepat melompat menghampiri Aryo Megantoro.
            “Aryo …..kau tidak apa-apa anakku? Dengan perasaan cemas.
Aryo Megantoro menggelengkan kepalanya.
            “Aku tidak apa-apa ayah hanya tanganku agak sakit dan kesemutan”
Mendengar jawaban itu Ranggo Puspo menjadi lega, tapi untuk meyakinkan, ia memeriksa seluruh tubuh anaknya. Setelah memeriksa sekian waktu akhirnya ia yakin kalau anaknya memang benar-benar tidak luka dalam.
Bagaimanakah sebenarnya yang terjadi. Mengapa Aryo Megantoro mampu menghantam balik cabang pohon yang cukup besar ? memang tak perlu heran karena keadaan Aryo Megantoro sekarang berlainan bila dibanding beberapa hari yang lalu. Karena ia kini telah mempunyai tenaga gaib yang masih tersembunyi. Hal ini pula yang menjadikan Ranggo Puspo terkejut sekaligus heran. Semenjak mendapatkan wahyu di malam itu kekuatan Aryo Megantoro menjadi berlipat ganda danpanca inderanya menjadi lebih tajam. Seumpama Aryo Megantoro belum mendapatkan tenaga gaib itu, mungkin kepalanya sudah pecah. Ranggo Puspo masih mengusap-usap kepala anaknya seakan kepala itu benar-benar tertimpa pohon. Ia tak percaya dengan pandangan matanya sendiri bahwa Aryo Megantoro anak yang masih berumur 7 tahun itu mampu menghantam pohon yang cukup besar. Ini sulit dipercaya kalau ia sendiri tak melihatnya. Setelah menenamgkan hati anknya Rangga Puspo melanjutkan perjalnannya. Ranggo Puspo menanyakan hal-hal yang dianggapnya tidak lumrah berkaitan dengan kejadian tadi.
            “Aryo dari mana kamu mendapatkan tenaga sebesar itu, hingga pohon itu terpental?” Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu diutarakan. Namun ia lakukan untuj mengurangi ketidak mampuan pikirannya untuk menelaah kejadian yang dianggapnya janggal atau tidak masuk akal.
            “Mana aku tahu ayah”. Jawaban Aryo Megantoro spontan. Namun jawaban ini sudah dapat ditebaknya. Ranggo Puspo menjadi semakin bingung. Sebelum kebingungannya berlarut-larut Aryo Megantoro mulai berkata lagi
“Hanya…….
Sebelum selesai perkataan Aryo Megantoro, Ronggo Puspo telah memotongnya.
            “Hanya apa Aryo…..ayo coba jelaskan biar ayahmu ini tahu”.
Dengan nada mendesak. Tak terasa tangannya mencengkeram pundak anaknya. Mendapat tekanan tenaga dari luar dengan otomatis tenaga gaibnya berontak, dan melawan tenaga yang menghimpitnya. Mendadak Ronggo puspo terkejut merasakan ada arus tenaga yang menyusup ke tangannya. Buru-buru ia melepaskan cengkeramnannya, sekaligus sadar ia sedang mencengkeram anaknya.
            “Aryo …..apa yang kamu lakukan ini ?”
            “Kenapa ayah mencengkeram pundakku?”
Mendapat pertanyaan yang terduga itu ia menjadi gelagapan.
            “Aku ……tak sengaja – berhenti menenangkan diri- Tapi mengapa tubuhmu menjadi keras?”
            “Itulah ayah yang hendak aku katakana, seperti tadi waktu aku hamper kejatuhan pohon, tiba-tiba aku kepingin menangkisnya dan seperti ada tenaga yang besar dari tubuhku mendorong ke luar sehingga aku mampu menghantamnya.”
            “Apakah hal itu sama juga dengan waktu aku mencengkerammu?”
            “Benar sekali ayah”. Jawab Aryo singkat.
            “Ah…berbahagialah kau Aryo itu adalah tenaga gaib. Dengan tenaga gaibmu kau akan mampu menghantam pecah batu sebesar gajah”>
            “Benar itu ayah…aku dapat memecahkan batu sebesar gajah?”. Seakann tak percaya
                        “Benar anakku, tapi kau harus berlatih ilmu silat dengan tekun. Lagi pula kau jangan sampai lupa bahwa kekuatan gaibmu itu berasal dari Tuhan. Untuk itu ku harus bersyukur kepada-Nya”.
 versi pdfnya bisa di unduh di sini